@ebidsalam
Banjir adalah masalah klasik di kota ini. Selalu dikeluhkan ketika hujan lebat. Karena hanya soal waktu, air hujan tersebut akan menghasilkan banjir yang siap memenuhi titik-titik lemah. Hasilnya, keluhan tersebut menyebar di social media dengan cepat. Plus gambar-gambar terkini. Dan selalu bisa ditebak, esok akan menjadi headline koran lokal.
Suasana banjir di area lembuswana, Samarinda (fb) |
Apakah dengan banjir ini, bukti bahwa pak wali gagal memimpin Samarinda? Memang sulit kita mengatakan tidak, karena sederhananya, beliau sudah memimpin Samarinda selama hampir dua periode.
Itu waktu yang lama lho ya. Apalagi sebelumnya beliau juga pernah menjabat sebagai wakil walikota, yang juga dua periode. Tahun 2000-2005, dan 2005-2010.
Kita tentu memahami, bahwa sebelum Pilkada, salah satu program bakal calon adalah masalah penanggulangan banjir. Karena masalah ini selalu masuk deretan prioritas.
Kemenangan beliau pada Pilkada serempak kemarin, membuat pak wali semakin pede. Maksudnya, dengan suara banyak tersebut, pantaslah menjadi bakal calon Gubernur Kaltim kedepan. Dan melihat adanya relawan beliau, maka bisa dipastikan akan maju. Belum lagi, karena masa kepemimpinan beliau masuk episode terakhir.
Karena banjir menjadi prioritas, mungkin pak wali bakal berdalih bahwa denga menjadi gubernur, masalah banjir di Samarinda akan beres. Menarik memang. Tapi apakah bisa terealisasi?
Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak:
Wali kotanya mengatasi banjir gimana? Tanya aja wali kotanya. Gimana mengatasi banjir? Ya airnya dikurangi. Cara mengurangi airnya gimana? Itu urusan wali kota, bukan urusan gubernur."
Nah loh?
***
Ngomong-ngomong tentang banjir, memang mudah sekali menyalahkan. Dalam hal ini pemimpin Samarinda. Itu lumrah, semua wilayah lain juga akan mengatakan hal yang sama. Tapi ada yang terlupa. Bahwa kita juga sangat berperan penting dalam mensukseskan program walikota.
Percuma pak wali teriak begini dan begitu, sedangkan kita sendiri susah move on. Boro-boro dengar. Naik mobil mewah saja masih buang sampah dibalik jendela.
Kita harus memahami bahwa, pemerintah tentu punya program penanggulangan banjir. Mungkin kita saja yang kurang membaca. Dan program tersebut akan macet kalau tidak adanya support dari masyarakat.
Banjir yang menjadi tranding topic, hingga saat ini di Samarinda, harusnya membuat kita semakin bijak. Semakin intropeksi diri. Bahwa kita harus bekerjasama. Lebih baik. Minimal sumbanglah doa. Karena kalau doa terus diulang, bukankah itu menjadi spirit doa itu sendiri sehingga kemungkinan besar dikabulkan?
Tidak masalah mengkritik. Itu baik. Tapi kalau dibumbuhi dengan saling menyalahkan, dan berkoar-koar tidak jelas, itu malah membuat gaduh. Ingat ya, apa yang kita sampaikan dan perbuat, mencerminkan kualitas kita.
Apakah pak wali tidak pantas memimpin Samarinda?
Pantas tidaknya, menurut saya, banjir bukan menjadi patokan. Karena selain banjir, tentu pak wali punya program lain. Yang tentu semua dipersembahkan untuk warga Samarinda.
ES, 01/01/16