Revolusioner: Unmul Launching Gerakan Subuh Jamaah

Tulisan ini bermula ketika ngobrol-ngobrol, dengan Ust Sumadi usai menghadiri sebuah acara di kampus. Waktu itu, ada pelantikan Pengurus Besar (PB) Alumni Pusdima Al-Fatihah Unmul periode 2016-2021 di ruang serbaguna rektorat Unmul, Jumat (20/10).

Obrolannya sih ngalor ngidul, tapi nggak tahunya mengarah ke sebuah pembicaraan yang cukup menarik. 

“Pak Rektor rajin shalat subuh di masjid ya. Sering sekali saya jumpai di masjid Al-Ma’ruf Samarinda. Kebetulan, saya tinggalnya di sekitaran Jl Anggur.” Orang yang saya ajak bicara tersenyum. 

“Bahkan ketika sedang mukim ke suatu tempat, beliau pasti mencari penginapan yang dekat dengan masjid. Meskipun misalnya hotel menyediakan mushola, beliau tetap bersikukuh agar tempat menginapnya dekat dengan masjid,” kira-kira demikianlah, yang diutarakan Ust Sumadi, yang kebetulan juga salah satu pengurus PB Alumni Pusdima Al-Fatihah.

Ups. Ternyata saya salah. Obrolan ini ternyata nggak menarik. Tapi menarik sekali. Tentu saja. Baru kali ini, saya mendengar ada pimpinan rektor melakukan hal demikian. Kalau dipikir-pikir sih, ngapain jauh-jauh cari masjid dekat hotel, padahal di hotel juga ada tempat ibadah. Tapi sungguh, beliau ini patut di contoh. 

Munculnya Gerakan Subuh Jama’ah (GSJ) Universitas Mulawarman adalah sebuah kerinduan yang telah lama terpendam dari sang rektor. Alhamdulillah, sekarang sudah terobati. Karena beliau mengatakan, “Kalau hendak membangun peradaban Islam, harus diawali dari masjid”.
Suasana acara GSJ Unmul
Lalu mengapa shalat subuh dijadikan sebuah gerakan? Karena di antara shalat-shalat yang ada, shalat subuh adalah yang mengawali hari. Ia adalah shalat yang penting dan harus dijaga betul pelaksanaanya, sebab tidak semua orang bisa konsisten. Bahkan shalat ini terasa berat bagi orang munafik.
Tidak ada shalat yang lebih berat dari seorang munafik selain dari shalat subuh dan shalat isya. Seandainya mereka tahu keutamaan pada kedua shalat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walaupun sambil merangkap” - (HR. Bukhari No 657)
Mungkin kalian pernah mendengar sebuah istilah yang mengatakan, kalau mau cari calon imam yang baik, maka carilah pada saat shalat subuh di masjid. Dan bahkan saking pentingnya shalat ini, yahudi jelas akan ketakutan apabila masjid penuh dengan orang berjamaah. Maka, saat mereka (kaum yahudi, red) masih memborbardir kita dari segalah arah, itu berarti salah satunya kita masih belum kompak. Boro-boro shalat di masjid. Shalat di rumah saja masih sering kesiangan. Astagfirullah hal adziim. Semoga Allah mengampuni kita. 
Suasana acara GSJ Unmul

“Munculnya inovasi-inovasi baru dari mahasiswa dan civitas akademika, diyakini dimulai dari aktifitas mulia salah satunya dari gerakan subuh jamaah. Oleh karena itu kami ingin membiasakan hal tersebut dalam mengawali aktifitas khususnya di kampus Unmul,” ucap Prof Masjaya, saat launching GSJ Unmul, Sabtu (26/11) Kemarin.
Sambutan Prof Masjaya
Dalam sambutannya, beliau juga menghimbau kepada seluruh civitas akademika Unmul untuk mendukung penuh kegiatan GSJ ini. “Program ini setiap hari akan terus berjalan dan akan dibuat jadwal bergiliran untuk semua fakultas. Mohon dukungan dan restunya untuk terus melaksanakan kegiatan ini,” imbuhnya dihadapan ratusan jamaah yang hadir.

Terpisah, Ketua Pelaksana GSJ Unmul, Joko Susilo, M.Si, menjelaskan, tujuan dari gerakan ini adalah untuk membentuk generasi-generasi muslim yang berkarakter Islam kuat, disiplin, dan cinta ibadah. “Tema yang kami angkat adalah membangun peradaban Islam dari masjid. Sesuai pesan pak Rektor, masjid perlu dihidupkan kembali. Salah satunya dengan kegiatan GSJ ini,” tuturnya.

Setelah launching, sambung Joko, kegiatan ini dilakukan rutin per fakultas. Setiap mahasiswa muslim khususnya angkatan 2016 wajib mengikuti GSJ. “Ini juga sebagai upaya kami mencegah bibi-bibit radikalisme masuk ke Unmul serta menumbuhkan akhlakul karimah,” jelas dosen mata kuliah Agama Islam Unmul ini.

Acara yang terselenggara di Masjid Al-Fatihah Unmul ini diikuti penuh antusias ratusan peserta dan civitas akademika Unmul. Diawali dengan sholat subuh berjamaah, acara ini dilanjutkan dengan ceramah agama oleh Habib Husein Bin Alwi Agiel. Dalam tausiyahnya, ia mengatakan, GSJ di Unmul ini merupakan gerakan revolusioner. 
Habib Husein Bin Alwi Agiel memberi tausiyah
“Maka kegiatan ini dapat mensterilkan masyarakat di sekitar kampus dan civitas akademika Unmul dari sifat-sifat kemunafikan. Sehingga akan lahir dari Universitas ini, sarjana-sarjana harapan bangsa. Yang dengan ilmunya bukan untuk membohongi masyarakat tapi dengan ilmunya akan mensejahterakan masyarakat,” jelasnya.

Terakhir, ia juga menjelaskan, dalam bahasa agama hal ini disebut dengan Ulul Albab. “Artinya kecerdasan spiritual terhubung dengan kecerdasan intelektual,” pungkasnya.

Ups. Maaf, lagi-lagi saya keliru. Shalat subuh berjamaah juga dilakukan oleh berbagai kampus. Sebut saja Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, yang terinspirasi dari Erdogan. Selain itu, ada juga Universitas Sriwijaya, UNJ Jakarta, ITB,  Universitas Andalas, dan lainnya.
Civitas akademi Unmul berfoto bersama Habib Husein Bin Alwi Agiel
Sebagai penutup, apabila kalian tidak lagi menemukan saya shalat di masjid, maafkan saya, itu berarti masjid kita berbeda, hehe. Atau mungkin saja saya benar-benar khilaf hingga akhirnya shalat di rumah. Astagfirullah hal ‘adziim. Semoga kita termasuk diantara jamaah shalat subuh yang istiqomah. Shalat yang begitu banyak keutamaannya. Semoga.

Ebid Salam
Samarinda, 27 November 2016

***

Sumber referensi : http://unmul.ac.id 
Foto by : Robby Aditya