Ini adalah cerpen kedua saya tentang #omteloletom. Nah yang belum baca cerpen versi pertama, silahkan baca di Om Telolet Om... (1)
Cerianya anak-anak bermain #omteloletom (net) |
Aksi yang dilakukannya itu ternyata sambil direkam. Anak itu tersenyum puas. Hanya soal waktu, akan di upload ke social media.
Rio melangkah mundur. Wajahnya penuh kemenangan. Ini aksi akan benar-benar menyita perhatian dunia.
Gedubraaaak!!!
Rio berhenti melangkah. Hasil video yang semula mau di upload tertahan. Ia kemudian mencari arah suara. Sepertinya ada benda misterius yang jatuh dari langit.
Tiga menit berlalu, pencarian itu sia-sia. Rio mengusap keringat. Menghela nafas pelan. Ngapain juga repot-repot mencari. Lagian, ini zaman modern. Mana ada alien yang tiba-tiba datang ke bumi.
Gruduk-gruduk....
Rio menoleh. Wajahnya yang semula penuh kekecewaan, berubah menjadi ketakutan. Apakah, apakah itu alien? Rio refleks menyebut kata itu. Meski sebenarnya ia tahu, itu sangat mustahil terjadi. Rio sekali mengusap keringat.
Lelaki tanggung itu segera mendekati suara. Tertatih-tatih. Menyibak rumput-rumput besar. Jantungnya berdebar dua kali lipat lebih kencang.
Gruduk-gruduk...
Hei, itu bukan alien. Itu manusia. Pakai baju kemeja, celana kain, sepatu pantofel, dan pakai ransel.
"Ngapain om?" Rio bertanya penasaran.
"Kau yang teriak telolet tadi?" Orang yang diajak bicara itu tidak menjawab. Malah kembali bertanya setelah melirik sekilas kertas yang dibawah Rio.
"Iya om. Emeng kenapa?"
"Astaga, mengapa kau melakukannya?"
"Ikut trend om. Maklum, lagi viral nih"
"Gara-gara kau nih. Teriak telolet membuat pesawat itu tak terkendali. Untung saja aku menghindar. Hampir ketabrak!"
Rio menelan ludah. Nah loh, orang ini bisa terbang?
"Tentu saja bisa terbang," orang itu terkekeh, "Memangnya superman saja yang bisa terbang?"
"Tapi itu kan dalam film om. Bagaimana mungkin. Dapat kekuatan dari mana?"
"Ah ya, perkenalkan. Namaku Lerong. Mentang-mentang aku lahir di teluk lerong, orang tuaku menamaiku begitu. Tapi aku bersyukur, mereka sungguh baik. Nah mengapa aku bisa terbang? Waktu kecil, aku sering sering masuk angin. Dari situlah aku tahu, ternyata angin bisa dikendalikan" Orang itu menyibak-nyibak bajunya yang lusuh.
Rio masih tidak percaya. Anak berusia 13 tahun itu geleng-geleng kepala.
"Kau mau ikut denganku terbang, nak?"
Tanpa ba-bi-bu Rio mengangguk takzim.
"Iya udah. Sini mendekat. Kita berangkat sekarang." Orang itu bersiap-siap terbang.
"Kita kemana om?"
"Ke kampus, nak"
"Ngapain?"
"Mau ketemu dosen pembimbing, nak. Semoga nggak ada revisi lagi"
"Emang udah berapa kali revisi?"
"56 kali nak. Ayo, pegang erat-erat. Itu kertas buang aja."
Rio mengangguk.
Kedua orang itu terbang. Sejauh mata memandang. Rio berpegangan erat. Hei, om itu udah tua tapi kok masih kuliah?
"Gini-gini masih melek pendidikan lho. Aku baru sadar, pendidikan itu sangat penting" Orang itu tersenyum diatas sana.
Rio sungguh takjub. Dalam hatinya, ia berjanji akan menjadi pelajar yang baik.
Ebid Salam
Samarinda, 23 Desember 2016