Pena dan Tere Liye

Saya termasuk orang yang tidak suka dengan novel. Melihat tebalnya saja, sudah mundur dua langkah. Boro-boro menyentuhnya. Membaca prolognya bahkan jarang sekali. Namun, semua berubah ketika mengikuti petualangan Raib, Seli, dan Ali dalam novel Bulan karangan Tere Liye.

Ketiga sahabat itu membuat saya semakin tertarik dengan karya Tere Liye lainnya. Maka, ketika saya berkunjung ke pulau jawa, saya sempatkan membeli bukunya. Bumi, Ayahku (bukan) Pembohong, Rindu, Negeri di Ujung Tanduk, dan Berjuta Rasanya. 

Hampir semua buku yang saya beli itu tebal-tebal. Dan anehnya, saya sama sekali tidak merasa terbebani. Gaya bahasanya sungguh baik. 

Setelah membaca beberapa karangan Tere Liye, saya menemukan satu buku yang pernah saya tonton. Adalah Hafalan Shalat Delisa. Saya baru tahu loh, ternyata film keren itu diangkat dari novel Tere Liye. selain itu, ada juga novel lainnya yang udah pernah tayang di bioskop. Seperti Bidadari-bidadari Surga, dan Semoga Bunda di Sayang Allah.

Nah rencananya, 2017 ini tiga novel beliau akan diangkat dilayar lebar. Adalah Ayahku (bukan) Pembohong, Rembulan Tenggelam Diwajahmu, dan Jaun yang Jatuh tidak Pernah Membenci Angin. 

Semakin sering saya membaca buku Tere Liye, semakin membuat saya tertarik kepada kegiatan tulis menulis. Saya yang dulunya tidak suka bikin cerpen, Alhamdulillah sekarang tertarik. Meski masih tergolong penulis kelas amatir. Nggak papa ya, asal ada karya, hehe.

Ketika saya membuat cerpen, tak jarang dari teman-teman saya menyamakan dengan Tere Liye. Bahkan salah satu diantara mereka dengan entengnya mengatakan: “Tere Liye Samarinda”. Haha, ada-ada saja. Tapi dari sinilah saya baru mengetahui, ternyata banyak membaca, sebenarnya kita tidak sadar telah membangun diri sebagai penulis. Akan terlihat saat kita ‘sedikit’ mengasahnya dengan menulis. Entah itu cerpen, atau artikel lepas.

Saking senengnya dengan karangan Tere Liye, saat buku Tentang Kamu sudah launching, hampir saja saya berantem dengan ibu-ibu di Gramedia. Pasalnya, bukunya hanya satu. Untung saja dianya yang mengalah, hehe. 
Tentang Kamu
Beberapa bulan sebelum Tere Liye launching buku Tentang Kamu, beliau yang bernama Asli Muhammad Darwis berkunjung ke Balikpapan untuk launching buku Matahari, salah satu buku seral Bumi. Maka, kami yang dari Samarinda yang menyukai karya beliau, membuat group khusus untuk berkunjung kesana. Kami menamakannya Tere Jana Samarinda. Aneh ya? Hihi memang aneh, tapi Alhamdulillah rencana sukses. 

Mengajukan pertanyaan kepada bang Darwis. Disini baru saya tahu ternyata beliau tidak suka MU (kostum yang saya pakai). Bekakang, baru tahu si dia sukanya Lipervool.
Yeahh.. Buku-buku saya dapat TTD
Meriahny
Tere Jana in action

Yeahhh
By the way, untuk membaca sereal Bumi Tere Liye, kalian harus baca dengan berurutan. Jangan kayak saya, baca Bulan dulu baru Bumi, lalu Matahari, hehe. Urutan yang benar adalah, Bumi, Bulan, dan Matahari. Terakhir, Bintang yang rencananya akan launching tahun 2017.

Ebid Salam
Samarinda, 19 Desember 2016