Ada Catur di Manau

Pertandingan catur regu se-Samarinda beberapa jam lagi akan dimulai. Satu dua anggota latihan serius. Dan beberapa lainnya malah memilih main jendral. Salah satunya saya, hehe, asyik sih

Sebelumnya, saya sempat pulang ambil sepatu. Kata Najahan, koordinator tim, mana boleh bawa sandal dalam pertandingan, apalagi mainnya di hotel. Baiklah, tidak masalah.

Sabtu, (8/10) sekitar pukul 16:15 Wita, kami berangkat. Lengkap dengan almamater kampus. Hanya kurang bendera dan spanduk, sepertinya kami akan dikira mau demo, hehe. 

Oh ya, kami berangkat dengan enam tim dari kampus. Tiga dari Mulawarman University Chess Club (MUCC) Unmul. Sisanya dari IKIP PGRI. Satu tim ada tiga orang. Kebetulan, saya satu tim dengan Bagas dan Palqi, di MUCC B.

Setelah sampai di Hotel Manau, beberapa menit kemudian diadakanlah technical meeting. Wajah-wajah serius menenuhi ruangan. Lebih banyak wajah-wajah tidak peduli sih. Lihatlah, beberapa peserta lain sibuk diskusi. Anggota kami malah selfie, hehe. Tenang, semua peserta sudah paham kok peraturannya. Hari ini hanya mempertegas saja. Lebih tepatnya formalitas. Karena hampir semua peraturan catur itu sama. #Janganditiru
Bareng Bagus, Hanif, Najahan dan Alan
Saat gerah dengan technical meeting
Yang punya kamera bagus nggak mau ketinggalan
Nah karena Ryan memiliki smartphone dengan kamera yang keren, jadilah itu smartphone dipakai terus. Dari awal pertandingan sampai terakhir. Itulah resiko orang cantik, disukai banyak orang. Eh salah, itulah resiko hp bagus, sering dipinjam.

Panitia mengumumkan, pukul 19:00 Wita, pertandingan akan dimulai. Malam ini dua ronde, dengan masing-masing waktu 30-30 per peserta. Esoknya lima ronde. Cukup lama? Kalau dipikir-pikir sih memang lama. Tapi bagi para pecatur, biasa menyebutnya catur cepat. Karena main catur itu nggak seperti main futsal bro!

Sebelum bertanding, rombongan kami sibuk mencari makan. Maklum, buat nambah asupan energi. Beberapa diantaranya memilih pecel dekat hotel. Saya, dan Hanif memilih nasi goreng. Tidak terlalu jauh dari hotel Manau. Mungkin kalau warung nasi gorengnya jaraknya jauh, kami bisa saja kesana. Masalah selera itu penting.
Saya dan Hanif
Tepat pukul 19:00 Wita. Acara dimulai. Seperti biasa, kalau ada acara beginian, ada porsi pembukaan. Isinya seperti itulah. Membosankan, bukan? Hehe.

Beberapa menit berlalu, pertandingan pun dimulai. Panitia menyebut nama group dan rivalnya. Pengumuman pertandingan segera ditempel. Saat itulah. Saat semua sibuk mencari rivalnya. Saat semua sibuk mencari meja masing-masing sesuai nomor urutnya. Saat itulah sesuatu yang tidak kami harapkan terjadi. Kok rival pertama tim saya MUCC A?

Kata panitia, tidak jadi masalah. Kalau sudah bertanding, bukan rombongan lagi yang menjadi acuan. Tapi per tim. #Masukakal

“Pertandingan babak pertama, dimulai!”

***

“Sekak mat!” 

Yudis tersenyum mantap. Sementara saya berkali-kali menghela nafas. Aduh, pertandingan pertama saya kalah. Sementara kedua tim saya juga ikut kalah. Tim MUCC A memborong tiga poin sempurna. Haiyyaaaa!
Najahan lagi berfikir
Suasana pertandingan
Suasana pertandingan
Suasana pertandingan
Diantara meja-meja yang tersusun rapi, ada satu tim yang amat saya kenali. Ada Fendy, Radhwa, dan Azmi dengan nama regu Junior Chess Club (JCC). Salah satu tim asuhan Astian Dana Ahadda, pendiri MUCC yang menyumbang emas pertama Kaltim cabang olahraga (cabor) catur regu, di PON XIX Jabar kemarin. 

Di pertadingan pertama ini, JCC melawan tim Berisan Muda Demokrat. Dimana, salah satu diantaranya adalah politisi yang kerap tampil di publik. Saya berbisik ke Fendy sebelum pertandingan, bahwa dihadapan mereka ini orang penting lho. Kalian harus menang. Sontak, Fendy kaget karena ia harus melawan orang yang nggak biasanya. Tapi Fendy buru-buru menghela nafas lega, karena ternyata tempat duduk Fendy berubah, dan yang melawan James B Tuwo adalah Radhwa. Lihatlah, aduh sih Radhwa malu-malu.
JCC di ronde pertama
 “Siapa itu ya, macam orang Bule?” Salah satu rombongan kami nyeletuk. Menyadari ada salah satu orang yang paling berbeda. 

Ups, buru-buru itu yang nyeletuk tutup mulut. Saat mengetahui yang dibicarakan adalah James B Tuwo, hehe.

Malam ini, di ronde pertama, JCC harus ikut bersabar macam tim saya. Barisan Muda Demokrat lebih hebat. Kata Radhwa, lawannya gede sih

Pertandingan kedua berlanjut, beberapa saat kemudian. Kali ini, saya hanya bisa mengimbangi lawan saya, yang dari club aduh lupa namanya. Sementara Palqi dan Bagas harus bersabar lagi karena rivalnya memang hebat.

Nah di ronde kedua ini, JCC sedang happy. Mereka menang. Kebetulan, rival mereka tidak hadir alias WO.

***

Esok harinya. Pertandingan dimulai pukul 13:00 Wita. Dan harapan-harapan untuk memperbaiki posisi, semakin menurun. Lagi-lagi tim saya mengalami kekalahan di ronde ketiga. Parahnya lagi, hari ini Palqi memutuskan tidak hadir. Tinggallah saya dan Bagas harus berjuang. Dengan target harus menang dua-duanya. Karena kalau salah satu diantara kami ada yang kalah, berarti MUCC B harus kembali bersabar.

Bagas sempat mengeluh, dan ingin pulang. Tidak ingin melanjutkan pertandingan. Juga karena pertandingan ditunda, dan akan dimulai lagi pukul 19:00 Wita. Saya bilang, jangan begitu, bro. kita tetap lanjut. Apalagi, kita mewakili almamater kita. Bagas mengangguk, menghela nafas pelan.

JCC juga ikut kalah di ronde ketiga ini. membuat Radhwa kembali nyeletuk, lawannya gede sih. Tapi di ronde selanjutnya, keadaan berubah positif. Akhirnya tim saya menang sempurna. JJC juga ikut menang, karena lagi-lagi mereka tidak ada lawan, hehe.
Sebelum bertanding di ronde keempat
Beruntung. Di ronde kelima, rival tim saya tidak ada. Maka saya memutuskan untuk menghampiri meja JCC. Dan untuk pertama kalinya, Fendy menang bertanding meski kedua temannya kalah. Bagi Fendy ini sebuah pengalaman yang hebat karena bisa mengalahkan orang gede. 
Fendy tampak pusing tapi menuai hasil positif
Fendy berbisik pada saya, kira-kira begini katanya: 
Kak Ebid, kalau kakak kalah, Fendy kok kalah ya. Kalau Fendy menang,  kakak juga ikut menang. Aneh ya?”
Ayo kita lupakan yang aneh-aneh dulu ya. Mari kita berbicara di ronde ke enam. Apa yang terjadi? Tim saya kembali mengalami kekalahan. Dan JCC juga ikut kalah, termasuk Fendy. Tapi yang menarik, Radhwa menang lawan orang gede. Juga untuk pertama kalinya, Radhwa menang lewat pertandingan.

Nah di ronde terakhir, MUCC B kembali merai hasil positif. Tim saya sempurna menang. Dan lagi-lagi tim JCC ikut menang karena tidak ada lawannya. 

Fendy kembali berbisik kepada saya kira-kira begini: 
Kak Ebid, kalau kakak menang, Fendy pasti menang.  Kalau Fendy kalau,  kakak juga ikut kalah. Aneh ya?”
Kali ini saya sepakat dengan perkataan Fendy. Memang aneh ya. Ada yang bisa bantu jawab? 

***

Sambil menunggu orang gede memperebutkan juara tertinggi, rombongan kami sibuk dengan aktifitas sendiri. Ada yang main catur, sambil evaluasi. Ada yang sibuk selfie-selfie. Ada yang memilih pulang duluan.

Fendy, dalam satu kesempatan memberi salah satu problem dua langkah mat dalam catur. Beberapa dari rombongan kami tertarik. Mencoba sekuat tenaga. Dan ternyata gagal. Saya juga ikut bermain, dan juga gagal. Salah satu diantara kami nyeletuk, “Dikerjain kita sama anak kecil nih”

Akhirnya, seluruh tenaga dikeluarkan. Hanya untuk membuktikan bahwa mereka tidak mau diremehkan. Apalagi yang memberi tugas itu anak kecil, kelas enam Sekolah Dasar (SD).

Nyerah. Semua menyerah beberapa menit kemudian. Fendy tertawa lebar. Membuka rahasianya. Sontak, semua yang menyaksikannya tertawa lebar. Beberapa diantaranya menggaruk kepala yang tidak gatal. Mengangguk-ngangguk. Makanya, jangan remehkan anak kecil, tahu!

Beberapa menit berlalu, para peserta perlahan meninggalkan lokasi pertandingan. Pulang. Sementara yang bertanding baru saja selesai. Dan panitia mengambil kembali mengambil alih acara. Sibuk dengan data-data. Sibuk mengkondisikan acara.

Beberapa menit berlalu lagi, panitia mengumumkan pemenangnya. Sesi serah terima hadiah. Sambil foto-foto. Hadirin yang tersisa bertepuk tangan meria.

Maka, sebelum spanduk acara dicopot, rombongan kami mengambil alih panggung. Maklum, buat mengabadikan momen.
Berfoto bersama sebelum pulang
Sebagai penutup, saya ingin mengutip statement dari panitia kira-kira begini:
 Menang atau kalah itu biasa. Menjaga sportifitas itu baru luar biasa!”
Tapi kalau saya yang menjadi panitianya, mungkin kalimat umum diatas saya rubah begini:
Menjaga sportifitas itu biasa. Menang itu baru luar biasa”
Hei. Bukankah dalam olahraga manapun, sportifitas tetap menjadi hal yang umum? Wajar dong kalau saya bilang menang itu lebih keren. Karena dimana-mana, kalau kita ikut lomba, tujuan kita kan menang mencari menang. Right?  Hehe.

Salam olahraga!

Ebid Salam
Samarinda, 10 Oktober 2016