Menunggu

Menunggu
Adalah satu kata yang membosankan. Bayangkan saja, berapa banyak waktu yang terbuang saat antre di bank? Atau duduk beringkuk di barisan pasien sakit gigi? Namun, apakah sepicik itu penafsirannya?

Gadget telah banyak merubah kebiasaan menunggu. Dari melamun, tiba-tiba mikirin update status, baca berita, cuap-cuap di group WA, main game, dengerin musik, dan banyak lagi. Sehingga aktifitas otak atik smartphone tersebut bisa diartikan sebagai cara terbaik untuk bersabar, demi menghilangkan kebiasaan menunggu tanpa hasil. Apakah Anda salah satu diantaranya? Mungkin Anda akan berubah pikiran setelah membaca paragraf ketiga sampai selesai.

Beberapa hari yang lalu, ada aktifitas yang menarik perhatian saya saat hendak pulang dari kerja. Salah seorang terlihat tengah menunggu jemputan sambil memegang Qur’an. Pelan-pelan, dibacanya dengan tartil. Siiiir, seketika darah berdesir. 
Tilawah Qur'an sambil menunggu jemputan (dok/pribadi)
Kejadian serupa juga saya temukan, disela-sela menunggu rombongan untuk berangkat ke sebuah acara, sore tadi, (23/6). Tidak sempat saya abadikan fotonya, tapi ini lebih dari cukup mengaduk-ngaduk emosi.

Versi "menunggu" bagi mereka, amat jarang kita temukan. Hm, saya jadi teringat salah satu tausiah. Kata Ustadznya, cintailah Qur’an maka hidup akan menjadi tentram. Jangan dibiarkan berdebuh di lemari.

Ada banyak hadist yang membahas pahala membaca Qur’an. Tapi izinkan saya mengutip salah satu diantara, yang diriwayatkan oleh Tirmidzi :
Barang siapa yang membaca satu huruf kitab Allah, maka ia akan mendapatkan satu kebaikan dengan huruf itu, dan satu kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Aku tidaklah mengatakan Alif Laam Miim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan Mim satu huruf.” - sabda Rasulullah SAW 
Tausiah lain, Ustadznya juga menuturkan, gadget harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Misalnya, memasang aplikasi Qur’an, agar bisa ngaji bila tak membawa mazhab. Sambil di buka artinya, dan sesekali ditadabburi. Pun selain itu, bisa juga pasang pengingat waktu sholat, agar tidak lalai dari kehidupan dunia yang fana ini.
Tilawah Qur'an di Gadget (sumber : http://www.sumbar.ldii.or.id/)
Ema Yudiani, M.Si, Psikolog mengatakan, meski gadget punya sisi positif, kita harus tetap waspada dan bijak mengunakannya. Karena disisi lain dampak negatif gadget cukup besar dan banyak efeknya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun salah satu dampak tersebut menjadikan orang lebih banyak menghabiskan waktunya sendiri sehingga interaksi dengan orang lain menjadi berkurang. Interaksi ini bukan hanya dikeluarga namun juga interaksi sosial di masyarakat hingga tercetus kalimat "Mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat".

Menurut Dan Pankraz, mereka (pecandu gadget, red) adalah generasi C. dalam hal ini “C” bisa berarti content, connected, digital creative, cocreation, customize, curiousity, dan cyborg. Juga cyber, cracker, dan chamelon (Bunglon).

Mengapa bunglon? Sosok generasi baru ini terhubung (connected) di dunia cyber. Ia bisa saja berada di Maluku, Ambon, Makassar, Samarinda, bahkan di Paris. Karena terekspos terus menerus oleh jejaring informasi, maka ia pun cepat berubah. Persis layaknya hewan unik itu.

Namun yang terpenting adalah, sebagai pengguna smartphone kita harus bisa lebih smart dalam memanfaatkannya.

Untuk saya pribadi dan sahabat sekalian, bacalah Al-Qur'an. Bacalah dan amalkanlah kandungan isi yang ada dalamnya, niscaya kita semua nantinya akan termasuk orang-orang yang beruntung kelak dihari akhir nanti. Wallahua’lam bishawab
Sebaik-baik kalian adalah siapa yang memperlajari al-Qur’an dan mengamalkannya.” (HR. Bukhari)
Ebid Salam
Samarinda, 23 Juni 2016