Stop Skip Challenge!

Ilustrasi/net
Ada-ada saja kelakuan remaja sekarang ini. Melihat tren sedikit, maunya coba-coba. Biar keren, atau apalah bahasa. Seperti yang lagi viral, yaitu skip challenge. Padahal, kategori challenge ini sejatinya sangat berbahaya.

Skip challenge adalah jenis permainan yang dilakukan dengan menekan dada sehingga dapat menghambat pernapasan. Gara-gara hal tersebut, orang yang melakukan skip challenge bisa kehabisan napas, kejang-kejang, dan bahkan pingsan seketika. Dilansir dari Fox59, yang dikutip dari bintang.com, dokter anak yaitu Dr Michael McKenna menjelaskan bahwa saat dada ditekan sangat kencang maka denyut jantung akan berhenti beberapa detik.
Saat kamu mengacaukan asupan oksigen ke otak, maka kamu berada dalam situasi yang berbahaya dan risiko ekstrem. Tak hanya kerusakan otak, risiko yang lebih parah, yakni kematian bisa saja terjadi,” terang Dr Michael McKenna.
Hal senada juga disampaikan Dr Nick Flynn dari Union Quay, Medical Centre, Cork, Irlandia. Dia mengingatkan risiko kejang, kerusakan otak yang berdampak kematian bagi mereka yang melakukan skip challenge.
Tantangan ini sama saja  menghentikan otot dada bekerja dan Anda tidak bisa mendapatkan oksigen ke otak. Otak kemudian kekurangan oksigen dan korbannya kehilangan kesadaran, " kata dia, dilansir dari antaranews.com.
Sementara itu, Psikolog Keluarga dan Anak Anna Surti Ariani, yang diwartakan liputan6.com memberikan beberapa kemungkinan anak-anak melakukan permainan berbahaya tersebut.
1. Tidak mengetahui informasi lebih jelas mengenai skip challenge
Kemungkinan anak-anak memainkan permainan karena mereka tidak tahu informasi lebih mendalam soal apa dan bagaimana permainan tersebut.

Ketika skip challenge ternyata banyak dimainkan oleh teman-teman sebayanya, mereka juga ikut bermain.

2. Tidak mengetahui risiko berbahayaAnak-anak akan tetap memainkan skip challenge karena tidak mengetahui risiko berbahaya.
1 dari 2 halaman

Mencari tantangan

3. Anak-anak ingin mencari tantangan"Dilihat dari rentang usianya, anak-anak dan remaja termasuk individu yang rentan terhadap berbagai fenomena yang ada di hadapannya. Mereka ingin mencari tantangan, dalam arti segala sesuatu yang berbahaya. Ada kecenderungan untuk mengejar tantangan," kata psikolog, yang akrab dipanggil Nina ini.

4. Ada kecenderungan melanggar aturanMeskipun skip challenge berbahaya dan kemungkinan di antara mereka ada yang mengetahui risiko bahaya, mereka tetap melakukan permainan.

"Dalam hal ini, anak-anak melanggar aturan. Sudah tahu tidak boleh dilakukan, tapi kenapa masih dilakukan juga," ungkap Nina.

5. Takut dan malu bila tidak ikut melakukan skip challengePengaruh lingkungan cukup besar bagi anak-anak, sehinga apa yang dilakukan sekelompok anak akan ditiru anak-anak lainnya. Ketika anak-anak lain melakukan skip challenge, ada rasa malu bila diri sendiri tidak ikut serta.

"Kemungkinan mereka malu dengan teman-temannya kalau tidak ikut bermain. Bahkan juga takut, mungkin mereka takut dibilang cemen atau lemah oleh teman-teman lainnya," lanjut Nina.

Well, setelah kalian membaca ini, sebaiknya kabarkan keluarga, dan teman-teman kalian, agar tidak melakukan challege macam ini. Memang menarik, tapi sangat beresiko. Jika memang ingin melakukan challenge, sebaiknya pilihlah challenge positif.

Ebid Salam
Samarinda, 14 Maret 2017